Pembawa Damai: Mengendalikan Hati

Pembawa damai: mengendalikan hati ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Mazmur 127:3-5. Dalam Mazmur 127:3, penulis kitab Mazmur dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah”.

Hati sering digunakan oleh Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan sebagai pusat kendali dari totalitas hidup manusia. Penulis kitab Pengkhotbah, dalam pimpinanRoh Kudus menulis: “Hati orang berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh menuju ke kiri” – Pengkhotbah 10:2.

Ibarat anak panah, hati adalah bagian buluh-buluh sayap pengendali laju anak panah melaju cepat dan tepat mengenai sasaran. Apakah ia menyimpang ke kanan atau ke kiri, tergantung pada buluh penyeimbangnya.

Kepala anak panah (head) yang tajam tentu sangat diperlukan. Batang anak panah (hand) yang lurus panjang juga sangat dibutuhkan. Tetapi pada akhirnya heart (pengendali) inilah yang menentukan anak panah bisa sampai tepat ke sasaran destiny hidupnya.

Nah, bagaimana kita bisa memiliki hikmat yang dikendalikan oleh hati yang lurus dan lembut ini? Bagaimana kita bisa memiliki kecerdasan hati dan budi seperti Salomo yang paham menimbang perkara yang baik untuk dipisahkan dengan yang jahat? Bagaimana kita mengasah kepekaan nurani untuk menang atas kepentingan ego diri sendiri?


Berdasarkan firman Tuhan, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dan menghidupinya dalam kehidupan kita, yaitu:

1.  Mengisi hati dengan rules firman Tuhan
Mengingat bahwa hati itu adalah pusat pengendali hidup, maka isilah sejak dini hati kita setiap hari dengan rules firman Tuhan. Mungkin kita akan bertanya seperti Ayub: “Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya?” – Ayub 28:20.

Penulis surat Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus memberikan jawaban, demikian: “Hikmat itu datangnya dari atas, dari Allah” – Yakobus 3:15 dan 17. Pada Allahlah hikmat dan kekuatan. Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian – Ayub 12:13.

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya” – Yakobus 1:5.

Dan Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa Kristus yang adalah firman yang hidup itulah yang menjadi hikmat bagi kita. Rasul Paulus menulis: “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” – 1 Korintus 1:30.

2.  Melatih hati untuk memberi roles penting bagi kehidupan
Setelah kita berbicara mengenai pesan (rules), sekarang kita membahas tentang peran (roles). Hati itu perlu dilatih dengan memberi peran-peran penting dalam kehiudpan, bukan hanya pribadi dan keluarga tetapi juga hidup bernegara.

Mengapa kita kerap acuh  dan tak peduli pada persoalan bangsa, dan bahkan menganggap bahwa urusan hidup bersama bernegara itu bukan urusan kita? Itu karena kita tidak pernah melatih hati kita untuk mengambil peran dalam latihan hidup bersama berbangsa dan bernegara.

Padahal kita sering juga mengutip firman Tuhan yang berkata: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” – Yeremia 29:7.

Bagaimana kita bisa mengusahakan kesejahteraan kota (atau negara) jika kita tidak mengambil peran-peran kudus dan tulus dalam membangunnyanya? Oleh sebab itu, kita harus mulai melatih hati guna memberi peran penting bagi kehidupan dalam skalai kecil (keluarga), lebih luas (lingkungan/masyarakat) dan lebih besar (bangsa dan negara). Kita harus bisa sampai kepada titik empati, simpati dan peduli dengan persoalan dan pergumulan bangsa dan negara, sehingga bisa memberi kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.

3.  Menjaga hati untuk membangun relationship seutuhnya
Hati perlu dijaga dengan relasi yang baik atau harmonis dengan Tuhan dan juga dengan sesama. Kenali bahasa kita dan bahasa kehidupan di sekitar kita. Lalu bangun relasi kasih yang menghidupkan bukan relasi yang penuh ketakutan, kecurigaan dan ancaman.

Kenalkanlah bahasa kasihnya TUHAN yang menjangkau semua orang tanpa membedakan kelompok agama dan golongan (Lukas 10:27-37). Ingat, hati adalah ruang dimana TUHAN bertahta dan mengarahkan hidup manusia. Karena itu, hati harus terus dijaga dalam peran-peran kudus, tulus yang nyata bagi sesama.
Pembawa Damai: Mengendalikan Hati Pembawa Damai: Mengendalikan Hati Reviewed by yestosaratueda on January 19, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.