Pembawa Damai: Mengerti Hikmat Dunia Dan Hikmat Allah

Pembawa damai: mengerti hikmat dunia dan hikmat Allah ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari surat Yakobus 3:13-18. Dalam Yakobus 3:13, penulis surat Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Siapakh di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan”.

Menyaksikan perdebatan-perdebatan di TV dan media sosial, kita yang awam dan miskin data, kerap kali bingung untuk mempercayai mana yang benar dan mana yang salah. Yang benar bisa dipersalahkan dan yang salah bisa dibenar-benarkan. Lalu jalan pintasnya (karena capek menelisik data dan menggali kebenaran) kita hanya berpatokan pada yang ngomong itu siapa? Dari kubu mana?

Sebagai pembawa damai, sebagai murid Kristus, sebagai pengikut Kristus, kita diminta oleh Tuhan Yesus untuk menguji setiap kebenaran, bahkan menguji roh (spirit, semangat dan motivasi yang melatar belakanginya).

Rasul Yohanes dalam pimpinan Roh Kudus menasehatkan kita dengan menulis: “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” – 1 Yohanes 4:1.

Rasul Yakobus juga mengingatkan bahwa ukuran kebenaran (baca iman) itu pada tindakan dan rekam jejak hidup orang tersebut di jalan kebenaran. Jadi, siapa pun yang berbicara atas nama kebenaran dan kebaikan, ia harus hidup dan teruji hidupnya dalam memperjuangkan kebenaran dan kebaikan.


Penulis surat Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” – Yakobus 1:25.

Itu berarti kita harus punya hikmat untuk menilai jaman dan menilai orang, termasuk menilai diri sendiri. Hikmat yang datangnya dari atas bukan hikmat dari dunia. Pertanyaannya sekarang apa itu hikmat yang datangnya dari atas (dari Allah) dan apa itu hikmat dunia? Bagaimana kita bisa membedakannya?

Firman Tuhan memang tidak memberikan definisi rinci mengenai hal tersebut, tetapi mengajak kita untuk menilai pada dua ukuran yang paling jelas yakni resource dan resultnya (sumber dan dampaknya). Menurut surat Yakobus semua hikmat, pikiran, perkataan yang sumbernya dari perasaan iri hati, kepentingan diri sendiri, upaya memegahkan diri dan sukanya menyebar hoaks; itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia.

Penulis surat Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan” – Yakobus 3:14-15.

Hasil atau dampak yang ditimbulkan juga negatif, yakni ketakutan, iri hati, dan penyelamatan bagi diri sendiri...kekacauan dan macam-macam perbuatan jahat. Itulah yang akan terjadi bila hikmat dunia dikedepankan.

Penulis surat Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” – Yakobus 3:15-16.

Nah sekarang, bagaimana kita mengenal hikmat yang datangnya dari atas? Dari Allah? Apa ciri-cirinya?

1.  Bijak
Bijak bukan hanya berarti pandai dan mencintai ilmu, melainkan juga bergairah mengolah sumber ilmu, optimis dan terbuka pada pandangan-pandangan baru (Amsal 1:5) dengan dilandasi oleh takut akan TUHAN (Amsal 1:7). Jadilah bijak, kenalilah semua potensi, tantangan dan peluang.

2.  Berbudi
Berbudi berarti mementingkan nilai-nilai luhur sebagai dasar penopang hidup dan pengambilan keputusan, bukan sekedar kesempatan untuk berkuasa. Nilai-nilai luhur ini sangat teduh dan tidak suka gaduh, karena ia berasal dari Allah. Ia tidak mudah termudah terkontaminasi oleh kepentingan dan nafsu kelompok dan golongan.

3.   Lemah lembut
Lemah lembut dimengerti sebagai sebuah tindakan baik yang digerakkan oleh bela rasa yang sangat dalam (compassionate). Apa yang dikerjakannya sangat tepat dan substantif, bukan umbar emosi membangun opini. Jadi kelemahlembutan lahir dari kejernihan akal, kebeningan budi dan kesungguhan untuk membangun negeri.

Itulah ciri dan ekspresi dari orang yang berhikmat. Janganlah kita mudah terkecoh oleh bujukan duniawi atau tampilan. Sebab bukan karena jabatan dan tampilan imam maka hikmat itu diberikan; hikmat itu dinyatakan pada semua orang yang membuktikan hidupnya takut akan TUHAN.

Charles Spurgeon mengatakan: “Hikmat adalah keindahan hidup yang hanya bisa dihasilkan karya Allah dalam diri kita”.

Jadi, apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, - maka hal itu akan diberikan kepadanya” – Yakobus 1:5.

Ingat, hikmat sejati dimulai dari dan menuju kepada kepenuhan kasih Allah. Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” – Yakobus 3:17.
Pembawa Damai: Mengerti Hikmat Dunia Dan Hikmat Allah Pembawa Damai: Mengerti Hikmat Dunia Dan Hikmat Allah Reviewed by yestosaratueda on January 16, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.