Pembawa Damai: Orang Biasa Untuk Karya Yang Luar Biasa

Pembawa damai: orang biasa untuk karya yang luar biasa ~ Banyak orang ingin melayani Tuhan tapi sering beralasan menunggu ada waktu, atau nanti kalau sudah memiliki keterampilan/jabatan tertentu atau ketika sudah mempunyai sumberdaya (materi) yang melimpah. Alhasil, orang-orang seperti itu hanya berhenti pada niat dan tidak/belum terlihat kontribusinya bagi pewartaan Injil Tuhan.

Namun sebenarnya, Allah bisa memakai siapa saja dalam keadaan dan situasi apa pun untuk menjadi alat di tangan-Nya memberitakan kabar sukacita bahwa Allah mengasihi manusia, dan ingin agar semua manusia diselamatkan.

Hadirnya Allah dalam diri Yesus sebagai bukti kasih-Nya bagi dunia harus terus diberitakan agar orang yang mendengarnya dan menjadi percaya beroleh keselamatan di dalam Kristus. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” – Yohanes 3:16.

Di dalam Injil Matius kita bisa membaca bagaimana kedatangan Sang Duta ini, Sang Pangeran dari sorga, diberitahukan kepada orang-orang bijak, yang bukan orang Yahudi, melalui sebuah bintang. Sedangkan dalam Injil Lukas, Allah mengutus malaikat-Nya untuk memberitahukan hal itu kepada para gembala yang adalah orang-orang Yahudi.

Di sini kita dapat melihat bahwa Allah memilih untuk berbicara kepada setiap orang dalam bahasa yang paling dipahaminya. Pertanyaannya, bagaimana keadaan dan situasi para gembala pada saat itu, ketika menerima pemberitahuan ini?


Menurut catatan Injil Lukas 2:8-20, berita kelahiran Kristus menjadi gempar ketika malaikat memberikan kabar sukacita kepada gembala. Ketika itu mereka sedang tinggal di padang, di pinggiran Betlehem, sedang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” – Lukas 2:8.

Kemungkinan besar peristiwa ini terjadi pada musim panas, saat dimana ternak dibiarkan berada di padang semalam-malaman dan tidak dikandangkan. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka. “Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan” – Lukas 2:9.

Ketakutan para gembala memang sangat beralasan. Sebab dalam zaman Perjanjian Lama, ketika seorang malaikat yang adalah utusan Tuhan, maka biasanya berita yang disampaikan adalah merupakan berita hukuman. Itu sebabnya dalam pemikiran para gembala, hukuman apalagi yang akan ditimpakan kepada mereka. Dosa apalagi yang telah diperbuat sehingga mereka harus menanggung hukuman.

Namun kehadiran malaikat pada waktu itu sudah berbeda dengan ketika malaikat hadir saat di Perjanjian Lama. Jika di Perjanjian Lama malaikat datang membawa berita hukuman. Tetapi ketika malaikat datang pada saat itu bukan membawa berita hukuman melainkan berita gembira, berita sukacita bagi mereka.

“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” – Lukas 2:10-11.

Keterkejutan mereka karena munculnya malaikat itu menunjukkan bahwa mereka jarang memikirkan atau tidak mengharapkan terjadinya peristiwa semacam itu. Kejadian itu membuat mereka sangat ketakutan, dan terpana, seperti ketakutan menghadapi kabar buruk. Namun situasi menegangkan itu berubah menjadi kelegaan, ketika para gembala telah membuktikan semua perkataan malaikat itu benar adanya.

“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” – Lukas 2:12. Setelah para gembala menceritakan semua pengalaman menakjubkan itu, mereka kembali ke pekerjaannya di padang dengan hati penuh sukacita sambil memuji dan memuliakan Allah.

Allah ingin menunjukkan bahwa Ia dapat memakai siapapun dalam kondisi atau situasi dan keadaan apapun, untuk menyatakan kebesaran-Nya dan menggenapi janji-janji-Nya. Pertanyaan reflektifnya, mengapa malaikat itu tidak diutus kepada imam kepala atau tua-tua, tetapi justru kepada sekelompok gembala miskin?

Ketika berita ini disampaikan para gembala sedang melakukan pekerjaan yang menjadi panggilan mereka, yaitu menjaga kawanan ternak mereka, untuk mengamankan ternak ini dari pencuri dan serangan binatang pemangsa. Mereka tidak sedang tidur di atas tempat tidur yang nyaman tetapi sedang tinggal di padang dan sedang berjaga-jaga.

Pada saat itu mereka sedang bekerja, bukan sedang beribadah. Namun para gembala itu memiliki ketaatan/tanggung jawab tinggi dan ketulusan dalam melakukan pekerjaannya. Dapat dikatakan bahwa para gembala adalah orang sederhana yang diberikan kehormatan untuk menyembah Tuhan pertama kali.

Mereka (para gembala) orang biasa yang dipakai untuk menyaksikan karya agung Allah yang luar biasa. Demikianlah kunjungan-kunjungan mulia dari sorga terjadi dan seringkali kita tidak menyadarinya.

Dengan contoh ini Allah ingin menunjukkan bahwa Ia dapat memakai siapaun dalam kondisi atau situasi dan keadaan apapun, untuk menyatakan kebesaran-Nya dan menggenapi janji-janji-Nya. Perhatikanlah, kita sebenarnya juga tidak luput dari kunjungan ilahi bila kita melakukan pekerjaan yang menjadi panggilan kita dengan tulus dan melibatkan Allah di dalamnya.
Pembawa Damai: Orang Biasa Untuk Karya Yang Luar Biasa Pembawa Damai: Orang Biasa Untuk Karya Yang Luar Biasa Reviewed by yestosaratueda on January 16, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.