Pembawa Damai: Hidup Yang Dimuliakan
Pembawa
damai: hidup yang dimuliakan ~ Landasan firman Tuhan
untuk tema tersebut diambil dari kitab Mazmur 126. Penulis kitab Mazmur dalam
pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilahm Roh Kudus, menulis: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan
air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti
pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya” – Mazmur 126:5-6.
Ada sebuah pernyataan yang
saya tulis di akun facebook saya, yaitu: “Tidak penting seberapa pelan kita
berjalan menuju tujuan, asalkan kita tidak pernah berhenti”. Pernyataan yang
saya tulis tersebut hendak menunjukkan kepada kita bahwa hidup ini harus punya
tujuan yang jelas. Untuk mencapai tujuan, kita harus menempuh suatu proses yang
panjang dalam perjalanan mencapai tujuan. Tetapi ada tantangan yang akan
menghadang langkah kita menuju pencapaian tujuan tersebut. Tantangan bisa saja
membuat langkah kita terhenti. Dan kalau kita berhenti, maka pastilah kita
tidak akan bisa sampai kepada tujuan.
Sebagai pembawa damai, kita
harus ingat bahwa kita tidak akan hidup selamanya di dunia ini. Kita akan
mengakhiri semua perjuangan di dunia ini. Oleh karena itu, kita harus berjuang
agar misi damai yang dipercayakan kepada kita, bisa kita lakukan dengan baik
yang ditandai dengan adanya orang-orang atau jiwa-jiwa yang diperdamaikan baik
dengan sesama yang berkonflik, maupun dengan Tuhan Allah.
Firman Tuhan menegaskan: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan
air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti
pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya” – Mazmur 126:5-6
Siapa dirimu akan ditentukan
saat engkau meninggal. Berapa banyak orang yang akan hadir melayat, berapa
banyak papan bunga tanda simpati yang akan dihiaskan mengiringi kepergianmu.
Mungkin saja selama hidupmu,
engkau bukanlah orang yang kaya, dan terkenal. Mungkin saja selama hidupmu,
engkau hanyalah seorang ibu “biasa” yang berjuang melawan kesusahan hidup,
membesarkan anak-anak dengan (hanya) berbekalkan perkataan Yesus “biarlah
kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, esok punya kesusahannya sendiri”. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusakan sehari cukuplah
untuk sehari” – Matius 6:34.
Ya, mungkin saja kita
mengalami keadaan seperti itu sebagai pembawa damai! Namun dimasa tua dan di
akhir hidup kita, percayalah bahwa semua kebaikan yang kita tabur di jalan
sebagai pembawa damai tidak akan pernah dilupakan oleh Tuhan.
Pada waktunya, kita akan dimuliakan
oleh Tuhan. Melalui anak-anak, mantu dan cucu-cucu kita, melalui taburan benih
kebaikan yang kita taburkan yang kini telah berkuncup buah. Bahkan melalui
banyaknya sapaan bahagia dan kekaguman untuk (ingin) mengenali kisah hidupmu
lebih dalam.
Sebab Firman Tuhan berkata: “Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa,
dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara
bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita” – Mazmur
126:2-3.
Karena itu jangan biarkan
rohmu melemah dalam asa yang lelah. Berjuanglah terus bersama dengan rahmat
TUHAN yang disediakannya baru setiap pagi. Yakinlah bahwa pemulihan dan
pemuliaan Tuhan hanyalah masalah waktu.
Dan ketika TUHAN memulihkan
keadaan kita, keadaan kita akan seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu
itu mulut kita akan penuh dengan tawa, dan lidah kita akan bersorak-sorai. Pada
waktu itu kita akan mendengar orang-orang yang berkata di antara bangsa bangsa;
“TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang orang ini”. Ya TUHAN telah
melakukan perkara besar kepada kita, maka kita akan bersukacita.
Pembawa Damai: Hidup Yang Dimuliakan
Reviewed by yestosaratueda
on
February 01, 2019
Rating:
No comments: