Pembawa Damai: Mengapa Ke Gereja Part 1
Pembawa
damai: mengapa ke gereja ~ Landasan firman Tuhan untuk tema
tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Efesus, yaitu
Efesus 1:3-14. Dalam Efesus 1:3-4, rasul Paulus dalam tuntunan, bimbingan,
pimpinan dan ilham Roh Kudus menulis: “Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan
kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di
hadapan-Nya”.
Setiap orang percaya kepada
Kristus diutus kembali ke dalam dunia. Dalam pengutusan tersebut (missio Christi) setiap pengikut Kristus diberi
tugas oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan. Salah satu tugas atau misi penting yang
harus dilakukan oleh setiap orang percaya kepada Kristus yaitu menjadi pembawa
damai.
Tentu menjadi pembawa damai
ini bukanlah diutus ke tempat yang aman, yang harmonis, yang kondusif dan
tempat yang tidak ada masalah. Pembawa damai diutus ke tempat yang tidak ada
damai, tempat yang penuh masalah, tempat yang penuh konflik dan tempat yang
penuh dengan perselisihan serta permusuhan.
Semua situasi dan kondisi
yang digambarkan dan disebutkan di atas, bukanlah tempat yang ideal dan disukai
oleh semua orang. Termasuk orang percaya kepada Kristus pun juga tidak menyukai
bahkan tidak menginginkan tempat yang seram dan masalah yang kompleks semacam
itu.
Walaupun tidak disukai
tempat semacam itu, justru Tuhan Yesus mengutuskan untuk menjadi pembawa damai.
Dalam perspektif Tuhan Yesus bila kita melakukannya, maka kita akan menikmati
kehidupan yang bahagia. Artinya hidup yang bahagia itu bisa kita nikmati di
tengah konflik saat kita melakukan misi damai.
Untuk bisa kuat menjalani
dan melakukan misi damain di tengah situasi dan kondisi yang penuh masalah,
konflik, permusuhan, perselisihan dan pertentangan, maka pembawa damai
membutuhkan dukungan dari komunitas di mana ia hidup dan berada.
Gereja adalah komunitas
rohani setiap orang percaya kepada Kristus. Dalam komunitas inilah setiap
pembawa damain mendapatkan dukungan moril dan spiritual untuk melaksanakan misi
damai. Karena itu setiap pembawa damai harus setia beribadah atau bergerjea.
Ada sebuah kisah yang
diceritakan oleh seorang teman melalui group whatshap. Ia menceritakan kasus
tersebut dan saya mengutipnya secara utuh tanpa mengeditnya. Ia bercerita demikian.
“Di suatu hari minggu, saat kami lagi menikmati makan siang di restoran Penang.
Kami bercakap-cakap dengan pelayanannya yang merasa sulit sekali ke gereja
karena harus tetap bekerja.
Anaknya yang 8 tahun
bertanya kepada: “mengapa mama tidak ke gereja kalau hari minggu?” dan ibu
tersebut menjawab: “Ya kan sama saja dengan mendengarkan firman Tuhan lewat
radio”. Anaknya berkata: “Tidak sama mama, sebab gereja adalah rumah Tuhan”. Ibu
tersebut terdiam karena kagum, anaknya bisa menasehatinya dengan hikmat yang
mendalam seperti itu”.
Demikianlah sekelumit kisah
yang diceritakan oleh teman saya yang saya kutip dari group whatshap. Sebenarnya
banyak sekali orang seperti pelayan restoran yang dikisahkan oleh teman saya
tadi. Mereka merasa bahwa pergi atau tidak pergi ke gereja itu sama saja.
Sebab sekarang kita sudah
bisa mengakses (membaca) Alkitab dan buku-buku teologi sendiri. Kita bisa
mendengarkan khotbah dan ceramah di youtube dengan tema dan pembicara yang kita
sukai. Dan bahkan harus diakui isi khotbah atau ceramahnya lebih berbobot dari apa
yang disampaikan oleh pendeta di gereja kita sendiri.
Jadi, mengapa kita harus
perlu susah-susah bangun pagi dan pergi ke gereja, sementara jaman telah
memudahkan “gereja” datang ke rumah-rumah kita secara online? Nah, apakah ke
depan masih diperlukan Gereja dan apakah perlu membangun gedung Gereja, jika
beban perawatan dan pembiayaan organisasi makin hari makin memberatkan hidup
umat?.
Bersambung...!
Pembawa Damai: Mengapa Ke Gereja Part 1
Reviewed by yestosaratueda
on
January 23, 2019
Rating:
No comments: