Pembawa Damai: Hidup Dalam Kesabaran


Pembawa damai: hidup dalam kesabaran ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Injil Matius 5:33-37. Dalam Matius 5:37, penulis Injil Matius dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan sabar tidak berarti kompromi, menulis demikian: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”.

Kata “sabar” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai: “tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah; tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu”. Jadi, dari pengertian kata “sabar” tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sabar adalah suatu kemampuan untuk menguasai diri dan sikon sehingga membuat kita tidak gampang putus asa, menyerah, kecewa, marah dan membuat kita bisa tenang, tidak panik dan tidak tergesa-gesa.

Sebagai pembawa damai, kita akan diperhadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks. Persoalan yang kompleks tersebut akan menguras energi, pikiran dan waktu serta emosi kita. Dalam situasi dan kondisi semacam itu, acap kali kita terjebak dalam suasana yang membuat emosional kita tidak stabil.



Dampaknya ialah kita akan terbawa ke ranah negatif. Ranah negatif yang dimaksudkan ialah kita menjadi orang yang mudah terseulut emosinya, mudah marah, cepat tersinggung, menjadi baperan atau bawa-bawa perasaan dan sejumlah reaksi negatif lainnya.

Oleh karena itu, sebagai pembawa damai, kita dimotivasi atau didorong supaya belajar untuk sabar. Saat kita melihat kesalahan berlangsung di hadapan kita, kita memiliki dua pilihan. Kita bisa menegur orang yang melakukan kesalahan atau membiarkan kesalahan tersebut karena tidak ingin terlibat masalah yang lebih besar. Pilihan terakhir inilah yang dibuat Harun ketika Musa naik ke gunung Sinai untuk menerima sepuluh perintah Tuhan. Saat itu, Musa tinggal di gunung 40 hari 40 malam lamanya.

Bangsa Israel menyangka Musa tidak akan kembali dan meminta kepada Harun untuk membuatkan allah bagi mereka. Seharusnya Harun tahu bahwa hal itu adalah kesalahan dan akan membangkitkan murka Allah. Namun, karena tidak sabar menunggu Musa turun dari gunung, Harun pun menuruti keinginan mereka dan membuat patung anak lembu emas. Kepada patung itu, bangsa Israel kemudian sujud menyembah dan mempersembahkan korban bakaran.

Akibat dari keputusan Harun sungguh di luar bayangannya. Saat Musa turun dari gunung dan melihat apa yang telah diperbuat bangsanya, amarahnya pun bangkit. Hari itu juga, tiga ribu orang dari bangsa Israel binasa. Semua tragedi itu terjadi karena Harun berkompromi dengan dosa (Kel 32:25). Untunglah itu Allah penyayang, pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih dan setia-Nya (Kel. 34:6). Tuhan masih mau mengampuni dan memberi kesempatan bagi bangsa Israel.

Untuk mengatakan kebenaran terkadang tidaklah mudah. Namun, sabar bukan berarti boleh berkompromi pada dosa dan kesalahan. Walau untuk itu kita harus berhadapan dengan banyak orang, kita harus tetap berpijak pada kebenaran. Akan tetapi, jagalah emosi saat kita meluruskan yang salah.

Karena orang yang melakukan kesalahan biasanya akan membela diri dan menganggap dirinya benar. Hadapilah mereka dengan kasih dan sikap yang sabar. Jangan sampai, karena kehilangan kesabaran, kita malah menyulut pertengkaran dan kehilangan revival besar yang sudah menanti kita. Tetaplah hidup dalam kepenuhan Roh Kudus, sehingga kualitas kesabaran kita naik level dan kita pun akan bisa mencapai revival yang dahsyat dalam hidup kita.

Sebagai pembawa damai, kita harus memahami dan mengerti bahwa hidup dalam kesabaran itu bukan berarti kita menjadi pribadi yang kompromi. Misalnya kompromi untuk melakukan dosa karena tekanan orang banyak. Kita kompromi melanggar aturan dunia dan aturan sorga hanya karena orang lain juga melakukan hal itu.  

Pada sisi lain, sebagai pembawa damai, yang perlu kita terapkan dalam diri kita ialah bahwa kita harus berhikmat dalam menyikapi semua masalah dalam hidup kita. Dalam hikmat Tuhan, kita akan dipimpin oleh Roh Kudus untuk menemukan jalan keluar di setiap persoalan yang kita alami.

Sebagai pembawa damai, misi yang harus kita lakukan ialah memperbaiki kesalahan, hidup dalam kebenaran, meluruskan yang bengkok yaitu hal-hal yang bertentangan dengan hukum dunia terlebih yang melanggar firman Tuhan. Dan kita juga harus menjaga diri kita dan juga emosi kita terhadap penyimpangan-penyimpangan yang kita temui di jalan kita.
Pembawa Damai: Hidup Dalam Kesabaran Pembawa Damai: Hidup Dalam Kesabaran Reviewed by yestosaratueda on January 31, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.